Sunday, June 14, 2015
Tuesday, June 9, 2015
Friday, June 5, 2015
Three Minute Thesis (3MT)
Three minutes may not seem like much time to explain an 80,000 word PhD thesis that has taken years to research and develop, but that’s exactly what is required of PhD candidates competing in the Three Minute Thesis.
in the developing country its valuable for the manya stake holder. For researchers applying for funding from government and industry, the ability to present a concise argument justifying the cost and demonstrating the impact that the research will have, to an audience who do not have specialist knowledge, is invaluable.
Developed by UQ, 3MT is a research communication competition that challenges PhD students to communicate the significance of their projects without the use of props or industry jargon, in just three minutes. The exercise develops academic, presentation, and research communication skills and supports the development of research students' capacity to quickly explain their research in a language appropriate to a non-specialist audience leaving them wanting to know more. Now, threesis come acros the world, it popular even in Indonesia. this is the example of threesis in many contest.
in Indonesia
New York University
Eunan McBrearty
ok. . . . good luck.
Sequensing DNA secara otomatis
Sequencing DNA secara otomatis menggunakan flurosense sebagai reporter. Metode ini pertama kali
diperkenalkan oleh Leroy Hood pada tahun 1986, yang
menggunakan radioaktif, autoradiografi dialih fungsikan dengan menggunakan
detector yang diintegrasikan dengan computer (Anonym, 2005).
Penggunaan radioisotope
memiliki bahaya dalam menggunakan dan limbah, selain itu harganya yang juga
mahal. Degnan cara menempelkan flouresense
dye, pada tiap basa nukleotida
(ddATP, ddTTP, ddGTP, ddCTP) membuat setiap basa tersebut mampu memberikan
signal yang berbeda-beda, tergantung pada posisi mana proses elongasi itu berakhir. Metode elektroforesis
membedakan pada satu jalur. Kemudian di deteksi oleh sinar laser sehingga mampu
menghasilkan cromatografi seperti pada Gambar 1.
Gambar 1. Prinsip kerja mesin sekuencing otomatis
Pada tahun 1986, L. Hood, L. Smith dan teman-teman kerjanya mendeskripsikan
sekuencing berdasarkan penempelan flouresense yang menggambarkan cara kerja
mesin DNA sequencing otomatis.
Instrument tersebut kemudian di produksi oleh Applied Biosystems.
Pengembangan selanjutnya yaitu metode kapilar, yang memungkinkan analisa yang
lebih akurat, tujuan utama modifikasi-modifikasi yang di lakukan adalah untuk
mempercepat waktu dalam pelaksanaan. Pada tahun 1998 metode kapiler sudah dapat
di lakukan dan di manfaatkan pada project Human
Genome Project (HGP) dan mampu mensekuen 1 Mb per hari.
Pemisahan
produk dari reaksi sekuensing dideoksi berlabel radioaktif atau neon secara
historis dilakukan dalam gel poli-akrilamida slab, misalnya jenis yang
digunakan dalam 96-lane ABI 377 (Gambar 2). Kelemahan dari metode ini diantaranya
perlunya mempersiapkan gel baru untuk
setiap sekuensing, pengisian sampel secara manual ke gel, membutuhkan waktu running
yang relatif lama (8 ~ 10 jam untuk
resolusi fragmen DNA 1KB).
Sekuensing
elektroforesis kapiler merupakan serangkaian reaksi standar yang disusun sekuensing
DNA dideoksi (metode sanger), masing-masing satu sumur terdiri dari 8 baris x 12 kolom dan 96 plat . Serangkaian ultra-tipis tabung
kapiler (0,1 mm di dalam lubang, 50 ~ 80 cm panjang) yang diisi dengan resin
campuran manik dan ditempatkan dalam array multi-kapiler. Salah satu ujung
array dipasang di plate Katoda bermuatan negatif [kanan] sehingga ujungnya
sejajar dengan setiap sumur pelat sampel. Penerapan tegangan tinggi menyebabkan
DNA berlabel dalam setiap sampel dapat memasuki kapiler yang sesuai, dan
bermigrasi meskipun menuju reservoir Anoda bermuatan positif. Karena tegangan
tinggi yang digunakan, pemisahan elektroforesis hanya membutuhkan 1 ~ 3 jam.
Seperti dalam elektroforesis gel biasa. fragmen yang lebih kecil bergerak lebih
cepat daripada yang lebih besar. Sebuah laser di ujung mendeteksi pewarna yang
berflourosense, dan panjang gelombang fluoresensi setiap fragmen dibaca oleh
fotometer saat melewati titik tetap.
Laser
dan fotometer bersifat stasioner, dan dapat mengaktifkan dan membaca beberapa
kapiler secara bersamaan sebagai aliran data terpisah: ini meminimalisir
masalah pelacakan jalur terpisah dalam gel acrilamite. Data mobilitas dikirim
ke komputer, dan kromatogram yang dihasilkan untuk setiap sampel yang pada dasarnya
identik dengan sistem papan gel. Konfigurasi alternatif dari array
kapiler dapat membaca 1, 4, 16, atau 48 sumur secara bersamaan, bergerak antara
sumur dari pelat sampel secara otomatis secara teratur.
Amazing: Indonesia has a long chrowing Chicken without pause, until 23 seconds
Pelung chicken is a native chicken from Cianjur, a type of
chicken native to Indonesia with three genetic trait. The first is voice crowed
long until 24 secont without pause, it different with the other singing chicken
that usually has caesura in the song . Both rapid growth. The third big body
posture. The weight of an adult male Pelung Chicken can reach 5-6 kg with 40 to
50 cm of height.
Pelung Chicken now increasingly well-known and quite in
demand by the general public, domestic and foreign tourists. A son of Japanese
Emperor have been to Warungkondang to just to see the Pelung chicken farms.
Even in Cianjur Chicken contest is held every year Pelung followed the owners
and keepers of chicken’s pelung-West Java and Jakarta. The Best Pelung chicken
that won in the contest can reach millions of dollars.
Pelung chicken name is derived from the Sudanese language
Mawelung or Melung which means curved, because the crowed produces sound curved
as well as chicken pelung has a long neck in the end the voice with a curved
position. Pelung chicken is one type of local chicken Indonesia which have
distinctive characteristics, which are generally characteristic traits pelung
chicken can be described as follows:
Body : Large and sturdy (much heavier / larger than usual
local chicken)
Claws : Long and large, black, green, yellow or white
Wattle : Large, round and flushed
Cockscomb : Big, bold and upright, partially skewed and
tilted, red and singular
Coat color : Does not have the typical pattern, but generally
a mixture of red and black; yellow and white; or a mixture of green and shiny
Sound : rhythmic crowed, more tunable and longer than other
types of chicken.
SEQUENCING. . .: metode untuk memahami kehidupan
Sekuencing adalah metode
yang digunakan untuk menentukan urutan
nukleotida pada sekuen atau untaian DNA. Meskipun penemuan struktur DNA dobel helix telah diketahui sejak tahun 1953,
akan tetapi struktur gen dan genome baru dapat diperjelas pada tahun 1970-an
dengan metode sekuencing. Basa nukleotida yang pertama kali di sekuencing
sepanjang 24 bp pada E. coli yang berpedan sebagai pengikat repressor lac oleh Maxam-Gilbert :
TGGAATTGTGAGCGGATAACAATT
ACCT T AACACTCGCCTAT TGTTAA
Ini merupakan suatu
karya yang di dapatkan dengan bersusah payah selama beberapa tahun. Galvanis Gilbert
dan rekannya Alan Maxam untuk menciptakan metode sekuensing berdasarkan sifat kimia pembelahan
molekul DNA pada spesifik c jenis nukleotida. Teknologi kedua, dikembangkan
oleh Fred Sanger, sdan di publikasikan pada tahun 1977, didasarkan pada enzimatik
perpanjangan untai DNA ke basis
mengakhiri defined. Gilbert dan Sanger keduanya memenangkan Hadiah Nobel untuk
kontribusi mereka untuk sekuensing DNA
teknologi. Teknik mereka memiliki
throughput yang sama 500-700 basis diperoleh dalam setiap percobaan beberapa hari-panjang, dan
akurasi yang sama, yang mendekati 99,9%.
Tapi hanya teknik Sanger adalah mudah
setuju untuk otomatisasi, dan sekuensing DNA mencapai potensi penuh hanya dengan
otomatisasi.
Pada hakekatnya, semua
data yang ada sekarang merupakan sebuah perjalanan panjang sehingga terkumpul
menjadi bank data, di mulai dari bagaimana cara sekuencing yang ters
berubah-ubah dan mengalami pembaharuan dan modifikasi. Perkembangan ini tidak
lepas dari kinerja multidiscipline ilmu yang harus saling berkolaborasi.
Misalnya Microbiologi, biokimia, molecular biologi, microbiologi, perangkat
peralatan keras dan computer.
Proyek besar seperti Human Genome Project (HGP), membutuhkan spesialisasi
keahlian, terlebih lagi inovasi dari beberapa sector ilmuan, di butuhkan ilmuan
dari beberapa multidisiplin yang saling berkolaborasi secara efektif. Semua
data di kolaborasikan bersama dalam data base besar yang disebut dengan bank genes yang sekarang salah satunya
terpusat pada www.ncbi.nlm.nih.gov , web ini juga merupakan arena
komunikasi data bagi seluruh ilmuan yang penelitiannya berkaitan dengan sekuent
nukleotida, sehingga penelitian di duania ini dapat berjalan dengan harmonis.
Metode
Maxam-Gilbert
Metode maxam gilbert
untuk DNA sekuencing di kempbangkan pada pertengahan 1970-an, dan menggunakan
perbandingan fragmen nested, artinya membandingkan dari banyak sekuen pada
taraf PCR dengan dengan cara mengubah conformasi dari struktur basa pada
nukleotida. Pengubahan struktur tersebut menggunakan bahan kimia sehingga
metode ini sering disebut juga metode sekuncing kimia.
Pada metode ini, untaian
tunggal DNA di labeli pada ujung 5’, yang konformasinya dirubah menggunakan
reagent yang spesifik. Biasanya menggunakan
Dimetil sulfat dan piperidin untuk basa guanin. Perlakuan Adenin dengan
pembeian Dimetil sulfat, piperidin dan asam.
Perlakuan Timin dengan pemberian Hydrazine dan piperidin. Perlakuan
Cytosin, dengan pemberian Hydrazine, piperidin dan garam (Gambar 1). Cara kerja
selanjutnya yaitu di lihat menggunakan gel poliakrilamit, yang akan
menghasilkan penampakkan dari pelabelan tadi, tetapi akan mendapatkan ujung
yang berbeda-beda karena adanya perubahan konformasi. Sekuent dapat di baca
menggunakan autoradiograph.
Melalui
penemuan ini maxam dan gilbert mendapat anugrah Bobel prize. Metode ini di
anggap lebih maju dari pada metode sanger (diuraikan kemudian), karena tidak
menggunakan primer. penerapannya secara inheren terbatas pada urutan yang
berdekatan dengan situs pembatasan atau termini tetap lainnya. kelemahan lainnya yaitu
menggunakan reagen yang beracun yaitu hydrazine yang merupakan neurotoxin.
Metode
ini mulanya cukup populer karena dapat langsung menggunakan DNA hasil pemurnian,
sedangkan metode Sanger pada waktu itu memerlukan kloning untuk
membentuk DNA untai tunggal. Seiring dengan dikembangkannya metode terminasi
rantai, metode sekuensing Maxam-Gilbert menjadi tidak populer karena kerumitan
teknisnya, digunakannya bahan kimia berbahaya, dan kesulitan dalam scale-up.
Gambar 2 : Gambaran/alur
sekuensing metode Maxam-Gilbert
Metode Sanger
Gambar 3 : Frederick Sanger
|
Point utama dalam metode
ini adaah digunakannya ddNTP (gambar 4), yang
merupakan gula ribose yang kehilangan dua gugus O, sehingga reaksi tidak
dapat berlanjut. ddNTP juga sudah mendapat perlakuan pelabelan sehingga dapat
diamati secara baik. ddNTP akan menempel secara random sehingga akan mengisi sela-sela dNTP (gula
ribose yang dibutuhkan secara normal pada reaksi PCR). Urutan-urutan random
yang dihasilkan kemudian di gabungkan sehingga mampu menjelaskan urutan
nuklotida.
Gambar 5: Gambaran sekuencing metode sanger
|
Pada metode yang asli, urutan nukleotida DNA tertentu dapat
disimpulkan dengan membuat secara paralel empat reaksi perpanjangan rantai
menggunakan salah satu dari empat jenis basa pemutus rantai pada masing-masing
reaksi. Fragmen-fragmen DNA yang kemudian terbentuk dideteksi dengan menandai (labelling)
primer yang digunakan dengan fosfor radioaktif sebelum reaksi sekuensing dilangsungkan. Keempat hasil
reaksi tersebut kemudian dielektroforesis pada empat lajur yang saling bersebelahan pada gel poliakrilamida.
Hasil pengembangan metode
ini menggunakan empat macam primer yang ditandai dengan pewarna berpendar (fluorescent dye).
Hal ini memiliki kelebihan karena tidak menggunakan bahan radioaktif;
selain menambah keamanan dan kecepatan, keempat hasil reaksi dapat dicampur dan
dielektroforesis pada satu lajur pada gel. Metode ini dikenal sebagai metode dye primer sequencing.
Gambar 6: Poliacrilamit gel yang digunakan untuk sekuencing
|
How Fast Your Cat ????????
APLIKASI MIKROBIOLOGI DALAM BERBAGAI BIDANG
BAB
I. PENGANTAR
Mikrobiologi adalah
ilmu yang mempelajari segala sesuatu tentang mikrobia. Mikrobiologi dapat
diaplikasikan pada berbagai bidang, yaitu bidang pertanian dan lingkungan,
pangan dan industri, kesehatan, dan bioteknologi. Di alam ini ada banyak sekali
bakteri. Bakteri-bakteri yang terdapat di alam tidak semuanya merugikan atau
bahkan berbahaya, justru sebagian besar tidak bersifat patogenik dan berperan
sangat besar bagi kehidupan di dunia ini.
Salah satu
kajian bidang mikrobiologi adalah bagaimana mikroorganisme dapat bekerja dan
memberikan manfaat bagi kesejahteraan umat manusia. Penggunaan mikroorganisme
dapat diterapkan dalam bebagai bidang kehidupan, seperti: bidang pertanian
untuk meningkatkan produktifitas hasil pertanian; bidang makanan dan industri
untuk menghasilkan produk makanan alternatif yang kaya dengan gizi serta dapat
membatasi kerusakan bahan pangan dan hasil olahan makanan. Dalam bidang
kesehatan penggunaan mikroorganisme dapat mengetahui lebih dalam tentang
penyakit infeksi, penyebarannya serta cara pengobatannya dengan berbagai cara
seperti pemberian antibiotika. Dalam bidang bioteknologi penggunaan mikroorganisme
diaplikasikan dalam pemulihan dan remediasi lingkungan yang tercemar.
Makalah ini akan
membahas tentang aplikasi mikrobiologi dalam bidang pertanian dan lingkungan yang membahas tentang biopestisida
dan biofertilizer, pangan dan industri
yang membahas tentang penggunaan mikroba dalam produksi makanan dan industri
pembuatan bir, wine, dan spirit, kesehatan
yang membahas tentang pembuatan antibiotik, vaksin dan hormon insulin, dan bioteknologi yang membahas peran
mikroorganisme dalam rekayasa genetika dan pembersihan lingkungan.
BAB
II. PEMBAHASAN
A.
Bidang Pertanian dan Lingkungan
Di bidang
pertanian, banyak mirobia yang dimanfaatkan dan berhubungan timbal balik dengan
tanaman. Di bidang lingkungan, mikrobia biasanya dimanfaatkan dalam proses
pembuatan kompos, penjagaan kualitas air agar tetap bersih dan sehat untuk
diminum dan digunakan sehari-hari, maupun secara alami merombak jasad mati di
sekitarnya. Contohnya saja, untuk meningkatkan produktivitas dan tetap menjaga
kualitas hasil pertanian kini banyak orang mulai menggunakan biopestisida dan
biofertilizer.
Biopestisida ini
berasal dari agen hayati yang ramah lingkungan dan aman bagi kesehatan.
Biopestisida biasanya bekerja secara antagonis spesifik terhadap hama dan
penyakit yang menyerang tanaman pertanian. Oleh karena sifatnya yang antagonis
spesifik, biopestisida hanya menyerang hama dan penyakit target sehingga tidak
membahayakan tanaman pertanian dan manusia yang memakan produk pertanian itu. Biopestisida
dapat berupa biofungisida dan bioinsektisida. Salah satu contoh biofungisida
yang digunakan di Indonesia yaitu pemanfaatan Trichoderma harzianum. Mikroba yang
dapat mengendalikan hama tanaman antara lain yaitu Bacillus thurigiensis (BT).
Trichoderma
harzianum dapat menjadi hiperparasit pada beberapa
spesies jamur penyebab penyakit tanaman (Gambar 2.1.). Cara kerja agen
pengendali hayati yang bersifat antagonis dalam menekan populasi atau aktifitas
pathogen tumbuhan dapat berupa kompetisi, hiperparasitisme dan antibiosis. Jamur
Trichoderma harzianum bekerja dengan memproduksi senyawa racun berupa
trichodermin, trichodermol dan chrysophanol yang dapat menyebabkan lisis pada hifa
jamur lain. Kelebihan lain dari T.
harzianum adalah mampu membentuk koloni dengan sangat cepat di daerah
perakaran tanaman (rhizosfer) sehingga seperti mantel yang melindungi akar
tanaman dari serangan jamur penyakit, mempercepat pertumbuhan tanaman, dan
meningkatkan hasil produksi tanaman.
Gambar
2.1. Trichodema harzianum menginfeksi
jamur parasit yang lain
Bacillus thuringiensis
bekerja sebagai bioinsektisida dengan cara mengeluarkan racun di saluran
pencernaan serangga (Gambar 2.2).
Gambar 2.2. Proses kerja Bacillus thuringiensis sebagai bioinsektisida
Pemanfaatan
mikroba tanah untuk meningkatkan dan mempertahankan kesuburan tanah dalam
sistem pertanian sangat penting. Beberapa mikroba tanah seperti Rhizobium, Azospirillum dan Azotobacter,
bakteri pelarut fosfat, ektomikoriza, dan endomikoriza dapat dimanfaatkan
sebagai biofertizer pada pertanian organik. Bioferlizer berfungsi antara lain
untuk membantu penyediaan dan mempermudah penyerapan hara bagi tanaman,
membantu dekomposisi bahan organik, menyediakan lingkungan rhizosfer yang lebih
baik sehingga pertumbuhan dan produksi tanaman akan meningkat. Oleh
karena itu, sekarang banyak dikembangkan pemupukan tanaman menggunakan
biofertilizer. Salah satubiofertilizer yang akan dibahas di sini adalah Rhizobium dan Azospirillum.
Bakteri Rhizobium adalah salah satu contoh kelompok bakteri yang
berkemampuan sebagai penyedia hara bagi tanaman yang bekerja dengan cara
menambat N bebas dari udara. Dalam bekerja, Rhizobium bersimbiosis dengan akar tanaman legum dan membentuk bintil-bintil pada
akar. Azospirillum
mempunyai potensi cukup besar untuk dikembangkan sebagai pupuk hayati. Bakteri
ini banyak dijumpai berasosiasi dengen tanaman jenis rerumputan, termasuk
beberapa jenis serealia, jagung, cantel, dan gandum. Infeksi yang disebabkan
oleh bakteri ini tidak menyebabkan perubahan morfologi perakaran, meningkatkan
jumlah akar rambut, menyebabakan percabangan akar lebih berperan dalam
penyerapan hara. Keuntungan
lain dari bakteri ini, bahwa apabila saat berasosiasi dengan perakaran tidak dapat
menambat nitrogen, maka pengaruhnya adalah
meningkatkan penyerapan nitrogen yang ada di dalam tanah.
B.
Aplikasi Mikrobia dalam Bidang Pangan
dan Industri
Pertumbuhan
populasi manusia yang pesat dimana dalam 40 tahun terakhir mencapai 2 kali
lipat dari sebelumnya, mengharuskan tersedianya pemenuhan kebutuhan dasar pangan manusia dalam jumlah besar.
Hasil murni pertanian, peternakan, ataupun perkebunan, dirasa tidak mencukupi
kebutuhan nutrisi dan gizi manusia. Pengembangan dari teknologi pangan tepat
guna adalah salah satu cara untuk mengatasi problematika di atas. Dalam hal ini
peran mikrobia yang terkaji dalam lingkup mikrobiologi menjadi sangat penting
mengingat abilitas fermentasinya untuk mengubah bahan makanan biasa menjadi
bahan pangan yang sarat nutrisi. Berikut akan dijelaskan keterkaitan antara
pengembangan produksi makanan dan minuman dengan mikrobia yang menguntungkan
pada ranah Industri.
B.1. Produksi Makanan
Penggunaan mikrobia dalam dunia pangan antara
lain tampak dalam produksi: roti, olahan susu, cuka, sauerkraut, olahan kedelai, dll. Tabel 3.1 menunjukkan produk yang
dihasilkan menggunakan bantuan mikroba, beserta jenis mikrobanya.
Tabel 2.1. Beberapa Hasil Produk Fermentasi Beserta
Mikrobia
No.
|
Produk
|
Fermentor
|
Produksi
|
1
|
Roti
|
Ragi, Saccharomyces
cerevisiae
|
Fermentasi pada suhu ± 25OC dalam
beberapa jam, ragi menghasilkan sedikit alcohol dan banyak CO2. CO2
membuat roti mengembang.
|
2
|
Yogurt
|
Streptococcus
thermophilus, Lactobacillus bulcaricus
|
Biasa disebut krim asam. Asam laktat 2-3% yang dihasilkan pada proses
fermentasi menyebabkan susu mengental.
|
3
|
Keju
|
Brevibacterium
linens, Penicillium camemberti, Penicillium roquerforti, Propionibacterium sp.
dll.
|
Bl dan Pc
mengeluarkan enzim proteolitik, sedang Lipase pada Pr melepaskan asam lemak berantai pendek seperti butirat,
kaproat, dan kaprilat yang membuat variasi rasa pada keju. Propionibacterium memproduksi asam
propionat, asam asetat, dan CO2, membuat tekstur keju
berlubang-lubang (keju swiss).
|
4
|
Cuka
|
Acetobacter aceti
|
Mengandung 4% asam asetat.
|
5
|
Sauerkraut dan Pickles
|
Lactobacillus
sp.,
Leuconostoc mesenteroides
|
Asinan kubis dan mentimun. Dibutuhkan dalam
pengawetan makanan.
|
6
|
Tempe
|
Rhizopus
oryzae, Rhizopus olygosporus.
|
Hifa jamur melakukan penetrasi ke dalam biji untukselanjutnya terjadi
fermentasi tempe. Nutrisi tempe lebih tinggi daripada kedelai biasa.
|
7
|
Kecap
|
Aspergilus
oryzae, Pediococcus soyae, Torulopsis sp., Aspergilus rouxii
|
Aspergilus oryzae memfermentasi zat tepung
menjadi glukosa. Glukosa diubah menjadi asam dan alcohol oleh mikrobia
lainnya.
|
B.2. Industri Bir,
Wine, dan Spirit
Secara umum, minuman keras seperti bir, wine,
whiskey, dll dibuat dari fermentasi biji atau buah. Wine terbuat dari anggur,
bir dari biji-bijian sereal, misalnya barley. Agen fermentasinya adalah Saccharomyces sp. Setelah proses
fermentasi selesai dan dihasilkan berbagai macam jenis alcohol, maka bir
didistilasi untuk memisahkan antara alcohol dengan materi lain yang tidak
dipergunakan.
Gambar
2.3. Proses Fermentasi Bir.
Sumber : Jacquelyn G Black. Microbiology:
Principles and Exploration 8th Edition
B.2. Industri Penting
Lainnya
Ruang lingkup mikrobiologi dalam bidang
industri memang sangat luas. Mikroorganisme dapat digunakan sebagai agen
sebagai agen pemroduksi bahan-bahan berguna bagi manusia seperti bahan bakar
(biofuels), bahkan digunakan sebagai pengekstrak logam dan mineral seperti
tembaga, besi, uranium, arsenic, timah, seng, kobalt, dan nikel.
C.
Bidang
Kesehatan
C.1.
Antibiotik
Antibiotika adalah suatu
zat yang dihasilkan oleh organisme tertentu dan berfungsi untuk menghambat
pertumbuhan organisme lain yang ada di sekitarnya. Antibiotika dapat diperoleh
dari jamur atau bakteri yang diproses dengan cara tertentu. Pembuatan
antibiotik dilakukan dengan fermentasi.
Proses fermentasi penisilin didahului oleh
tahapan seleksi strain Penicillium chrysogenum pada media agar dan
perbanyakan. Penicillium chrysogenum yang dihasilkan dapat mencapai
konversi yield maksimum sebesar 13 – 29 %. Hasil tersebut difermentasi ke dalam
fermentol pada suasana asam (pH 5,5). Selama proses fermentasi berlangsung
dilakukan pengadukan, sementara udara steril dikeluarkan kedalam fermentol. Temperatur
operasi dijaga konstan selama fermentasi penisilin berlangsung dengan cara
mensirkulasikan air pendingin. Kapang aerobik dibiarkan tumbuh selama 5 – 6
hari saat gas CO2 mulai terbentuk. Ketika penisilin ini dihasilkan jumlahnya
telah maksimum, maka cairan hasil fermentasi tersebut didinginkan hingga 28oF
(2oC), dan dimasukkan kedalam rotari vacum filter untuk memisahkan miselia
dan penisilin. Miselia akan dibuang, sehingga diperoleh
filtrat berupa cairan jernih yang mengandung penisilin. Tahap ekstraksi dan
Kristalisasi dilakukan untuk mendapatkan penisilin yang siap dikonsumsi. Jamur Penicillium notatum dan Penicillium crysogenum mengeluarkan zat penisilin yang dapat
mematikan bakteri yang hidup disekitarnya. Karena kemampuannya zat penisilin
dibuat sebagai antibiotik.
C.2. Vaksin
Vaksin adalah
bahan antigenik yang digunakan untuk menghasilkan kekebalan aktif terhadap
suatu penyakit sehingga dapat mencegah atau mengurangi pengaruh infeksi oleh
organisme lain. Vaksin dapat berupa galur virus atau bakteri yang telah
dilemahkan sehingga tidak menimbulkan penyakit. Vaksin dapat juga berupa
organisme mati atau hasil-hasil pemurniannya (protein, peptida, partikel
serupa virus, dsb). Vaksin akan mempersiapkan sistem kekebalan manusia atau
hewan untuk bertahan terhadap serangan patogen tertentu, terutama bakteri,
virus, atau toksin. Vaksin juga bisa membantu sistem kekebalan untuk melawan
sel-sel degeneratif (kanker).
Contoh vaksin yang mudah
dikembangkan adalah pembuatan virus polio inaktif. Mikroorganisme yang
digunakan adalah Poliovirus yang merupakan virus RNA kecil yang terdiri atas tiga strain berbeda.
Proses produksi vaksin inaktif polio secara umum melalui penyiapan medium (sel
vero) untuk pengembangbiakan virus, penanaman atau inokulasi virus, pemanenan virus, pemurnian virus dan inaktivasi virus.
Gambar 2.4. Proses
Pembuatan Vaksin
C.3. Hormon Insulin
Rekayasa DNA
dapat digunakan untuk memproduksi hormon. Hormon-hormon yang telah diproduksi,
misalnya insulin, hormon pertumbuhan, kortison, dan testosteron. Contohnya
adalah hormon insulin manusia yang dihasilkan dengan bantuan Escherechia
coli. Produksi insulin dapat dilakukan dengan cara mentransplantasikan
gen-gen pengendali hormon tersebut ke plasmid bakteri. Keberhasilan memindahkan
gen insulin manusia ke dalam bakteri sudah dapat diperoleh, yaitu melalui
bakteri-bakteri yang tumbuh dengan metode fermentasi. Teknik Plasmid bertujuan
untuk membuat hormone dan antibodi. Misal untuk membuat hormon insulin dengan
teknik plasmid. Gen atau DNA dipotong dengan Enzim Endonuklease Restriksi Gen
atau DNA disambung dengan Enzim Ligase.
Langkah dalam
pembuatan insulin yaitu mengisolasi plasmid dari E. coli. Plasmid
merupakan salah satu bahan genetik bakteri yang berupa untaian DNA berbentuk
lingkaran kecil. Pemotongan segmen plasmid menggunakan enzim restriksi
endonuklease, sementara itu DNA yang di isolasi dari sel pankreas
dipotong pada suatu segmen untuk mengambil segmen pengkode insulin. Pemotongan
dilakukan dengan enzim yang sama. DNA kode insulin tersebut disambungkan pada
plasmid menggunakan bantuan enzim DNA ligase. Hasilnya adalah kombinasi
DNA kode insulin dengan plasmid bakteri yang disebut DNA rekombinan. DNA
rekombinan yang terbentuk disisipkan kembali ke sel bakteri. Bakteri E. coli
berkembangbiak, maka akan dihasilkan koloni bakteri yang memiliki DNA
rekombinan. Setelah tumbuh membentuk koloni, bakteri yang mengandung DNA
rekombinan diidentifikasi menggunakan probe. Probe adalah rantai RNA
atau rantai tunggal DNA yang diberi label bahan radioaktif atau bahan
fluorescent dan dapat berpasangan dengan basa nitrogen tertentu dari DNA
rekombinan. Pada langkah pembuatan insulin ini probe yang digunakan adalah ARNd
dari gen pengkode insulin pankreas manusia. Memilih koloni bakteri mana yang
mengandung DNA rekombinan, caranya adalah menempatkan bakteri pada kertas
filter lalu disinari dengan ultraviolet. Bakteri yang memiliki DNA rekombinan
dan telah diberi probe akan tampak bersinar. Bakteri yang bersinar inilah yang
kemudian diisolasi untuk membuat strain murni DNA rekombinan. Dalam
metabolismenya, bakteri ini akan memproduksi hormon insulin.
Gambar 2.5.
Proses Pembuatan Insulin
D. Bidang
Bioteknologi
Bioteknologi merupakan
ilmu yang menerapkan prinsip-prinsip biologi yang memanfaatkan jasad hidup untuk meningkatkan
potensi makhluk agar menghasilkan produk dan jasa yang bermanfaat. Penerapan bioteknologi biasanya menggunakan mikroorganisme.
Mikroorganisme memiliki peranan yang
sangat penting dalam pengembangan
bioteknologi di berbagai bidang kehidupan.
Aplikasi mikroorganisme
dalam bioteknologi diantaranya sebagai berikut:
D.1.
Rekayasa Genetika
Rekayasa Genetika merupakan teknik biologi modern saat ini.
Rekayasa genetika melibatkan pemindahan gen atau lebih dikenal dengan Transgen,
yaitu menyisipkan/ mengintroduksikan
gen asing yang ada pada organisme tertentu kedalam organisme lain sehingga
mampu mengekspresikan gen asing
tersebut.
· Transgenik pada Tumbuhan
Berbagai
peneliti dari ilmuwan pertanian
sekarang mampu memberikan
gen-gen pengkode sifat-sifat yang
bermanfaat pada sejumlah tanaman pangan,
misalnya sifat penundaan pematangan buah peningkatan nilai gizi serta resistensi terhadap pembusukan dan
penyakit. Gen ini dapat ditransfer dari tumbuhan yang lain dengan menggunakan
sebuah vector ( pembawa DNA) berupa
plasmid.
Vektor yang paling umum
digunakan untuk mengintroduksikan
tanaman adalah sebuah plasmid, disebut plasmid Ti ( Ti plasmid) dari bakteri
tanah Agrobacterium tumefaciens. Plasmid ini mengintegrasikan salah satu DNA
nya, dikenal dengan DNA T, kedalam DNA kromosom sel tanaman inangnya. Plasmid Ti
rekombinan ini selanjutnya diintroduksikan kedalam kultur sel melalui metode
elektroporasi, yaitu sel tanaman yang akan menerima gen asing harus mengalami
pelepasan dinding sel hingga menjadi protoplas (sel yang kehilangan dinding sel. Selanjutnya
sel diberi kejutan listrik dengan voltase tinggi untuk membuka pori-pori membran sel tanaman
sehingga DNA asing dapat masuk ke dalam sel dan bersatu
(terintegrasi) dengan DNA kromosom tanaman.
Kemudian, dilakukan proses pengembalian dinding sel tanaman. atau dikembalikan pada Agrobacterium yang kemudian
diberikan sebagai suspensi cair untuk
menginfeksi suatu tanaman yang dikehendaki atau pada sel- sel tanaman
yang dikultur. Begitu plasmid diambil oleh sel tanaman, DNA T nya berintegrasi
kedalam DNA kromosom sel . Hasil akan menunjukkan bahwa sel-sel yang telah
tertransformasi pembawa transgen yang dikehendaki dapat meregenerasi tanaman
utuh yang menunjukkan sifat baru yang diberikan oleh transgen.
Gambar 2.6. Proses Pemanfaatan Mikroba
dalam Rekayasa Genetika
· Budidaya
Hewan
Teknologi DNA memungkinkan ilmuwan menghasilkan
hewan transgenic yang mempercepat proses pembiakan selektif. Tujuannya
menciptakan hewan transgenic yang sama dengan tujuan pembiakan tradisional,
misalnya dengan membuat bulu domba dengan kualitas wol yang lebih baik, sapi
yang dewasa dalam jumlah singkat.
D.2.
Pembersihan Lingkungan
Para ahli bioteknologi
mampu mentansfer gen gen pengkode protein kemampuan metabolisme yang
berharga dari suatu mikrobia
tertentu kedalam mikroorganisme lain, yang digunakan untuk
mengatasi masalah lingkungan.
Saat ini banyak bakteri yang mampu mengekstraksi logam berat
seperti tembaga timbel, dan nikel dari lingkungan yang menggabungkan logam-logam
itu menjadi senyawa tembaga sulfat atau timbel sulfat. Mikroba yang direkayasa
genetic bisa menjadi penting dalam
penambangan mineral maupun pembersihan
limbah pertambangan yang kaya toksik, karena kemampuannya dalam
mendegradadi hidrokarbon dan senyawa kimia lainnya. Sehingga dapat digunakan di
pusat limbah cair atau mengolah limbah
sebelum dilepas ke lingkungan.
Salah satu mikroba yang berperan dalam mengekstraksi logam berat: Nitrobacter sp
Biofuel atau bahan bakar hayati dari tanaman pangan seperti jagung
, kedelai dan singkong. Dalam teknik ini tidak ada rekayasa genetika yang
terlibat akan tetapi Untuk menghasilkan etanol, pati yang dibuat secara alamiah
oleh tumbuhan diubah menjadi gula yang kemudian difermentasikan oleh
mikroorganisme. Proses ini mampu menghasilkan bahan bakar yang ramah lingkungan.
BAB
III. PENUTUP
SIMPULAN
1.
Aplikasi mikrobiologi dalam
bidang pertanian dan lingkungan yaitu biopestisida dengan memanfaatkan Trichoderma harzianum sebagai agen
pengendali hayati untuk menekan penyakit layu pada tanaman dan Bacillus
thuringiensis sebagai insektisida.
2.
Aplikasi mikrobiologi dalam
bidang pangan dan industri dengan memanfaatkan bebagai macam mikroorganisme Saccharomyces cerevisiae, Streptococcus
thermophilus, Lactobacillus
bulcaricus, Brevibacterium linens, Penicillium camemberti, Penicillium
roquerforti, Propionibacterium sp, Acetobacter
aceti, Lactobacillus sp., Leuconostoc
mesenteroides, Rhizopus oryzae, Rhizopus olygosporus, Aspergilus oryzae,
Pediococcus soyae, Torulopsis sp.,
Aspergilus rouxii melalui fermentasi.
3.
Aplikasi mikrobiologi dalam
bidang kesehatan dengan memanfaatkan Penicillium chrysogenum untuk pembuatan antibiotik, virus dalam pembuatan
vaksin, dan plasmid bakteri untuk pembuatan hormon insulin.
4.
Aplikasi mikrobiologi dalam bioteknologi dengan
memanfaatkan plasmid TI dari Agrobacterium tumifaciens untuk rekayasa
genetika dan Nitrobacterium sp. dalam pembersihan lingkungan.
Daftar Pustaka
Black,
Jacquelyn G. 2012. Microbiology: Principles and Exploration 8th
Edition. USA : John Wiley & Sons, Inc.
Prasetyo, Budi. 2011. Peranan
Bakteri dibidang Pertanian. http://adsberbagi.blogspot.com/2011/12/peranan-bakteri-di-bidang-pertanian.html. Diakses tanggal 16 September 2012.
Prihatini,
T., A. Kenjtanasari, dan Subowo. 1996. Pemanfaatan Biofertilizer untuk
Peningkatan Produktivitas Lahan Pertanian. Jurnal Litbang Pertanian XV
(1).
Campbell.
Biologi Edisi Kedelapan. Jilid 1
. 2010. Jakarta: Erlangga.
Abbas
AK, Lichtman AH. Antibodies and antigens.
In: Schmitt WR, Krehling H, editors. Cellular and molecular immunology. 5th
ed. Philadelphia: Elsevier Saunders; 2005. p. 43-64.
Riswahyudi, A.
H. & Syahrudin, Elisna. 2011. Mikrobiologi
Kesehatan. Departemen
Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi FKUI-RS Persahabatan, Jakarta. http://www.klikpdpi.com/jurnal.