A.
STRUKTUR MITOKONDRIA
Mitokondria
merupakan organel yang berbentuk lonjong, berukuran 0,5-1 μm. Mitokondria memiliki 2 lapis membran, yaitu
membran luar dan membran dalam. Membran dalam memiliki struktur melipat ke
dalam membentuk krista. Mitokondria memiliki dua kompartemen yaitu matriks dan
ruang antar membran. Membran luar dapat dilalui oleh ion dan molekul berukuran
kecil, sedangkan membran dalam bersifat impermeabel. Pada membran terdapat
kompleks protein rantai respirasi, ATP sintase, dan berbagai transporter
membran. Ruang matriks mengandung berbagai jenis enzim yang terlibat dalam
oksidasi piruvat, asam lemak, dan asam amino, serta enzim yang terlibat dalam
siklus asam sitrat1.
Gambar 1. Peta DNA Mitokondria pada manusia
|
Proses respirasi aerob terdiri atas 4 tahap,
yaitu glikolisis (reaksi pengubahan glukosa menjadi asam piruvat; terjadi di sitoplasma),
dekarboksilasi oksidatif asam piruvat (reaksi pengubahan asam piruvat menjadi
asetil ko-A; terjadi di ruang intermembran mitokondria), siklus Krebs (siklus
asam sitrat, menghasilkan CO2, NADH, dan FADH2; terjadi
di dalam matriks mitokondria), dan sistem transport elektron (transfer elektron
dari NADH dan FADH2 ke O2; terjadi di membran dalam
mitokondria (krista), kompleks I-V). Pada krista ini terdapat lima kompleks
mitokondria yang berperan dalam sistem transport elektron.
Kompleks I NADH: ubiquinon oksidoreduktase (disebut
juga NADH dehidrogenase), merupakan kompleks protein berukuran besar terdiri
atas 43 rantai polipeptida, sebuat flavoprotein yang membawa flavin
mononukelotida (FMN), dan setidaknya 6 pusat besi-sulfur (Fe-S). Kompleks I berfungsi
mengkatalisis reaksi pemindahan elektron dari NADH ke ubiquinon. Amytal, rotenone dan piericidin A
menghambat aliran elektron dari pusat Fe-S kompleks menuju ubiquinon. Dengan
demikian mereka menghentikan keseluruhan proses respirasi. Ubiquinol (QH2)
bergerak di dalam inner membran dari kompleks I menuju kompleks III tempat ia
dioksidasi kembali menjadi ubiquinon (Q).
Kompleks II Suksinat: ubiquinon
oksidoreduktase (disebut juga suksinat dehidrogenase), merupakan satu-satunya
enzim siklus asam sitrat yang terikat pada membran. Kompleks ini mengandung dua
jenis gugus prostetik, FAD dan Fe-S. Pada Kompleks II, elektron mengalir dari
suksinat ke FAD, dan selanjutnya melalui Fe-S akhirnya menuju ubiquinon.
Kompleks
III ubiquinol: sitokrom c oksidoreduktase
(sering disebut kompleks sitokrom bc1).
Kompleks ini memindahkan elektron dari ubiquinol (QH2) ke sitokrom c. Proses transfer elektron ini terkait
dengan transport proton dari matriks ke ruang antarmembran. Kompleks III di
jumpai dalam bentuk dimer, masing-masing monomer memiliki 11 sub unit. Tiga
subunit yaitu sitokrom b, protein besi-sulfur Rieske, sitokrom c1 membentuk pusat fungsi. Sitokrom c1 dan protein besi-sulfur Rieske
menyembul keluar dan dapat berinteraksi dengan sitokrom c pada ruang antar membran. Kompleks III memiliki dua situs pengikatan
ubiquinon, yaitu situs yang terletak pada sisi luar (QP) dan sisi
dalam (QN).
Kompleks
IV sitokrom oksidase berfungsi mentransfer elektron dari sitokrom c menuju O2. Bagian inti
kompleks IV terdiri dari subunit I, II, dan III. Subunit I mengandung dua gugus
heme (a dan a3) dan sebuah ion tembaga (CuB). Heme a3 dan CuB
membentuk pusat berinti ganda yang bertugas menerima elektron dari heme a dan menstransfer elektron tersebut ke
O2 yang terikat pada heme a3.
Subunit II mengandung dua ion tembaga yang terikat pada residu sistein
membentuk sebuah pusat berinti ganda yang disebut CuA. Subunit III nampaknya penting bagi fungsi kompleks IV namun
perannya belum dipahami secara rinci.
Kompleks
V ATP sintase mengkatalisis reaksi bolak-balik yaitu reaksi pembentukan ATP
dari adenosin difosfat (ADP) dan fosfat anorganik (Pi), dan reaksi sebaliknya
yaitu penguraian ATP menjadi ADP dan Pi. Proses pembentukan ATP ini terkait
dengan aliran proton dari ruang antar membran menuju matriks melintasi membran
dalam. ATP sintase tersusun atas dua komponen utama yaitu komponen F1
yang merupakan protein peripheral (ekstrinsik) dan komponen F0 yang merupakan
protein integral (intrinksik) pada membran. Bagian F1 berbentuk
bulat lonjong dan menyembul ke bagian matriks mitokondria. Situs katalitik
enzim ini berada pada bagian F1 sedangkan saluran proton berada pada
bagian F0. Bagian F1 memiliki lima jenis sub unit dengan
komposisi α3, β3,
γ, δ, dan Ԑ. Ketiga subunit α tersusun berselang-seling dengan ketiga subunit β
menyerupai susunan bulir buah jeruk, subunit γ berasosiasi dengan subunit δ
membentuk poros di bagian tengah. Poros ini merupakan salah satu dari dua
tangkai yang menghubungkan F1 dan F0. Situs katalitik enzim
terletak pada subunit β. Subunit γ selalu berasosiasi dengan salah satu subunit
β, yaitu yang berada dalam konformasi O (open).
B.
mtDNA DAN PROSES PENUAAN
mtDNA
hanya berukuran 1-3% saja apabila dibandingkan dengan DNA inti, namun mtDNA
memiliki kontribusi yang sangat penting, antara lain: 1) memiliki tingkat
mutasi yang lebih tinggi daripada DNA inti, kemungkinan merupakan konsekuensi
karena bersinggungan langsung dengan Rantai Transfer Elektron (RTE); 2) mitokondria
mengkode polipeptida yang dibutuhkan oleh RTE dan juga mensintesis protein
lainnya, sehingga suatu mutasi pengkodean akan berpengaruh terhadap RTE secara
menyeluruh, selain itu dapat berpengaruh pada penggabungan dan fungsi pada
beberapa gen RTE secara kompleks; 3) kerusakan RTE dapat menyebabkan efek
pleiotropik karena merusak seluruh energetik seluler1.
Teori
radikal bebas pertama kali dipopulerkan pada tahun 1956. Radikal bebas
merupakan molekul yang tidak mempunyai pasangan elektron, memiliki sifat sangat
tidak stabil dan dapat bereaksi dengan sangat cepat dengan molekul lainnya yang
berdekatan, menangkap elektron untuk mencapai kesetabilan. Ketika molekul yang
menjadi target kehilangan elektron (teroksidasi) maka molekul ini menjadi radikal
bebas dengan sendirinya5, selanjutnya akan terjadi reaksi berantai
dan pada akhirnya akan menghancurkan sel6.
Radikal
bebas dapat menyebabkan terjadinya mutasi somatik pada mtDNA sehingga
menyebabkan kesalahan pengkodean rantai polinukleotida. Kesalahan pengkodean
akan mempengaruhi aktivitas kompleks enzim mitokondria, dan akhirnya akan
mengganggu rantai transport elektron.
Penuaan
merupakan fenomena multifaktorial yang dikarakterisasi oleh penurunan fungsi
fisiologi yang bergantung pada waktu. Penurunan fisiologi ini dipercaya
berhubungan dengan akumulasi kerusakan dalam jalur metabolik. Penelitian
tentang bagaimana proses penuaan marak dilakukan, dan diduga faktor utama yang menyebabkan kejadian ini yaitu proses “Reactive Oxigen Species (ROS)”2, 5,
6, 3, 7.
Reactive Oxigen Species (ROS) adalah molekul yang sangat reaktif yang terdiri dari sejumlah senyawa kimia yang beragam termasuk anion superoksida (O2-), radikal hidroksil (OH-), dan hidrogen peroksida (H2O2)7. ROS dihasilkan terutama sebagai produk sampingan dari respirasi mitokondria5,7, juga
dari proses katabolik dan anabolik lainnya5. Mitokondria dianggap target utama dari kerusakan
oksidatif dan memainkan peran penting
dalam penuaan5, 7.
Pada
mitokondria, 1-5% oksigen yang diambil oleh mitokondria akan dijadikan sebagai
ROS5. Kompleks mitokondria I dan III adalah situs utama dari generasi superoksida
dan memberikan kontribusi terbesar terhadap produksi ROS7.
Meskipun jumlah enzim seperti NADPH oksidase juga menghasilkan ROS dalam jumlah
kecil, telah ditemukan bahwa lebih dari 90% dari proses intraseluler ROS
dihasilkan dengan rantai respirasi di dalam membran dalam mitokondria selama
metabolisme aerobik berlangsung5.
Peningkatan
jumlah ROS di dalam mitokondria, dan juga stress oksidatif dapat ditimbulkan
dengan menurunkan kapasitas sistem antioksidan di dalam sel. Pada kondisi
fisiologis normal, sel-sel dapat mengatasi dan membuang ROS oleh berbagai enzim
antioksidan termasuk manganese- dan copper/zinc-superoksida dismutase (MnSOD danCu/ZnSOD),
glutathione peroksidase dan katalase, yang kemudian berubah menjadi air dengan
glutation peroksidase atau katalase. Enzim ini bersama-sama dengan antioksidan
berberat molekul kecil, seperti glutathione dan vitamin C dan E, dapat membuang
ROS dan radikal bebas5.
Kerusakan mtDNA
yang diwariskan mengarah pada akumulasi molekul mtDNA dengan mutasi
delesi, duplikasi
dan titik. Dari semua mutasi mtDNA, delesi 4.977-bp menunjukkan
peningkatan secara bertahap dengan usia, terutama pada jaringan postmitotik manusia (misalnya, otot, hati, paru-paru
dan otak)5.
Tabel
berikut menjelaskan beberapa mutasi yang dapat terjadi dan mengakibatkan
tanda-tanda penuaan.
Senyawa
kardiolipin, Carnitine, dan CoQ juga
turut mempengaruhi proses penuaaan7. Kardiolipin adalah komponen dari proses produksi energi yang ditemukan hampir secara
eksklusif di mitokondria.
Jumlah kardiolipin alami menurun seiring
bertambahnya usia. Peroksidasi lipid, merupakan
jenis kerusakan oksidan yang lebih sering terjadi pada sel-sel tua, menyebabkan penurunan kardiolipin. Akumulasi senyawa
kardiolipin yang cacat dapat membahayakan efisiensi produksi energi.
Karnitin, suatu asam amino, juga penting untuk metabolisme mitokondria
karena membantu asam lemak masuk ke mitokondria, sehingga mereka dapat dimetabolisme. Defisiensi karnitin menyebabkan ketidakmampuan untuk memenuhi energi tersimpan dalam bentuk asam lemak yang dibangun dari lemak intermediet l dan dapat menimbulkan racun bagi sel. mitokondria dari sel yang lebih tua cenderung mengandung jumlah karnitin yang sedikit. Karnitin dan kardiolipin membentuk kompleks dalam membran mitokondria. Coenzyme Q10, juga dikenal sebagai CoQ10 atau ubiquinone, adalah faktor lain yang diperlukan untuk produksi energi. Terdapat dalam makanan dan dapat diproduksi dari prekursor sederhana. Kekurangan CoQ10 dapat mempengaruhi fungsi otak dan saraf, dan penuaan sel otot rangka.
karena membantu asam lemak masuk ke mitokondria, sehingga mereka dapat dimetabolisme. Defisiensi karnitin menyebabkan ketidakmampuan untuk memenuhi energi tersimpan dalam bentuk asam lemak yang dibangun dari lemak intermediet l dan dapat menimbulkan racun bagi sel. mitokondria dari sel yang lebih tua cenderung mengandung jumlah karnitin yang sedikit. Karnitin dan kardiolipin membentuk kompleks dalam membran mitokondria. Coenzyme Q10, juga dikenal sebagai CoQ10 atau ubiquinone, adalah faktor lain yang diperlukan untuk produksi energi. Terdapat dalam makanan dan dapat diproduksi dari prekursor sederhana. Kekurangan CoQ10 dapat mempengaruhi fungsi otak dan saraf, dan penuaan sel otot rangka.
DAFTAR RUJUKAN
1 Marzuki, S.
2003. Mitochondrial Medicine Eijkman
Lecture Series 1. Lembaga Biologi Molekul Eijkman. Jakarta.
2 Alexeyev F. M., Ledoux
P. S. dan Wilson L. G. 2004. Mitochondrial DNA and Aging. Clinical Science
107, 355-364.
3 Peterson M.
C., Johannsen L. D., and Ravussin E.
2012. Review Article Skeletal Muscle
Mitochondria and Aging: A Review. Journal of Aging Research Volume 2012,
Article ID 194821, 20 pages doi:10.1155/2012/194821.
4 Artika M. I.
2003. Struktur dan Fungsi Biogenesis
Mitokondria. Mitokondrial Medicine
Eijkman Lecture Series 1. Lembaga Biologi Molelular Eijkman. Jakarta.
5 Wey Y. H. dan
Pang Y. C. 2005. The Role of Mitochondria in The Human Ageing Process. BTi.
6 Arnold Y. Seo,
Joseph A., Dutta D., Judy C. Y. Hwang,
John P. Aris dan Leeuwenburgh C. 2010. New Insights
into The Role of Mitochondria in Aging: Mitochondrial.
7 Cui H., Kong
Y., dan Zhang H. 2012. Review Article Oxidative Stress, Mitochondrial Dysfunction,
and Aging. Journal of Signal Transduction, Article ID 646354, 13 pages
doi:10.1155/2012/646354
8 Lenaz, Georgio.
1998. Role of Mitochondria in Oxidative
Stress and Ageing. Biochimica et Biophysica Acta 1366 (1998) 53-67.
No comments:
Post a Comment